Liverpool Football Club
(dikenal pula sebagai Liverpool
atau The Reds) adalah sebuah klub sepak bola asal Inggris yang berbasis di Kota Liverpool. Saat ini Liverpool adalah peserta Liga Utama Inggris.
Liverpool
telah memenangkan 5 trofi Liga Champions UEFA (dulu Piala Champions) dan merupakan klub dengan pemegang gelar juara Liga Champions UEFA terbanyak di Inggris dan ketiga di
Eropa setelah Real Madrid dan AC Milan. Selain itu Liverpool juga pemegang masing-masing 3
gelar juara Liga Eropa UEFA dan Piala Super UEFA.
Di kompetisi
domestik, Liverpool adalah klub dengan 18 gelar juara Liga Inggris, 7 Piala FA, serta 7 kali juara Piala Liga.
Liverpool
didirikan pada tahun 1892 dan bergabung dengan Football League pada tahun berikutnya. Klub ini
telah bermain di Stadion Anfield sejak pembentukannya yang terletak
sekitar 4,8 km dari pusat kota Liverpool.
Periode
paling sukses dalam sejarah Liverpool adalah pada tahun 1970-an dan 1980-an ketika Bill Shankly dan Bob Paisley memimpin klub dengan sebelas gelar liga dan tujuh
piala Eropa.
Liverpool memiliki
sejarah persaingan yang panjang dengan klub tetangganya Everton dan juga dengan Manchester United. Persaingan dengan klub sekota
terkenal dengan nama Derby Merseyside.
Sejarah
Masa awal dan pembentukan
Liverpool
didirikan pada tanggal 15 Maret 1892 sebagai
akibat perseteruan antara Komite Everton FC dengan John Holding sebagai
Presiden Klub yang juga pemilik stadion Anfield. Sebelumnya pada tahun 1891 John
Houlding, sebagai penyewa dari Stadion Anfield, membeli tanah tersebut secara langsung dan mengusulkan
meningkatkan harga sewa dari £ 100 sampai £ 250 per tahun. Everton, yang telah bermain di Anfield selama tujuh tahun,
menolaknya dan terjadi perseteruan.
Liverpool
tahun 1892-93
Akibat dari
perseteruan itu, Everton akhirnya pindah ke stadion Goodison Park dan John Holding menjadikan stadion Anfield sebagai kandang Liverpool sampai sekarang.
Klub sempat
diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton
Athletic, namun Asosiasi
Sepak Bola Inggris (FA) menolak mengakui ada dua tim bernama Everton]. Pada bulan Juni 1892, John
Houlding akhirnya memilih nama Liverpool F.C. sebagai nama baru, dan Liverpool
menjelma menjadi kekuatan serius di kompetisi sepak bola Inggris.
Mengawali
debutnya sebagai klub sepak bola profesional Liverpool bermain di Liga
Lancashire dan berhasil menjadi juara sebelum akhirnya bergabung dengan
Divisi II Liga Inggris (sekarang bernama Football
League Championship) pada musim
1893-94. Pada musim pertamanya di Divisi II, Liverpool langsung menjadi juara
dan berhak untuk promosi ke Divisi I (sekarang bernama Liga Primer Inggris). Liverpool tidak menunggu lama
untuk menjadi juara liga, karena pada musim pertamanya di Divisi I ini (1900-01),
Liverpool sukses menjuarai Divisi I dan mengulanginya lagi lima tahun kemudian.
Masa perkembangan
Final Piala FA pertama dilakukan pada tahun 1914, meskipun
akhirnya mereka dikalahkan Burnley 1-0. Setelah itu Liverpool berhasil
meraih juara liga 2 musim berturut-turut yaitu musim 1921-22 dan 1922-23, namun
tidak mendapatkan tropi lagi sampai musim 1946-47 ketika berhasil meraih gelar
liganya yang ke 5. Setelah berada di Divisi I selama lebih dari 50 tahun,
akhirnya Liverpool mengalami kemerosotan dan terdegradasi ke Divisi II pada
musim 1953-54.
Beberapa
saat setelah Liverpool dikalahkan oleh Worcester City, klub di
luar Football League pada Piala FA musim 1958-59, Bill Shankly ditunjuk sebagai manajer pada bulan Desember 1959. Shankly merombak tim secara
besar-besaran dengan melepas 24 pemain lama dan menggunakan sebuah ruangan di
stadion Anfield untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di
namakan 'The Boot Room' yang berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris
Liverpool di kemudian hari.
Di ruangan
inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room' lainnya seperti Bob Paisley, Joe Fagan dan Reuben Bennett mulai
membangun kekuatan Liverpool yang membuat iri tim lain. Hasil dari renovasi
yang dilakukan oleh Bill Shankly mulai membuahkan hasil ketika
berhasil promosi kembali ke Divisi I pada musim 1961-62 dan menjadi juara liga
pada musim 1963-64
Masa kejayaan
Liverpool
meraih era terbaiknya saat dibawah manajer Bill Shankly. Pelatih ini kemudian menjadi legenda Liverpool. Ia
sangat dihormati karena berhasil membawa Liverpool kembali ke divisi satu
setelah sebelumnya berada di divisi dua selama 8 musim. Untuk menghormati
jasanya, dibuatlah patung Bill Shankly di pintu masuk Anfield. Pemain-pemain
yang terkenal pada masa ini termasuk Ray Clemence, Mark Lawrenson, Graeme Souness, Ian Callaghan, Phil Neal, Kevin Keegan, Alan Hansen, Kenny Dalglish (102 cap), dan Ian Rush (346 gol)
Era Bill Shankly
Setelah
menjuarai Piala FA yang pertama pada tahun 1965 dan
menjuarai liga pada musim 1965-66, Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar juara liga dan Piala UEFA pada musim kompetisi 1972-73. Musim berikutnya Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar Piala FA setelah membantai Newcastle United 3-0. Tidak ada yang menyangka bahwa gelar Piala FA itu merupakan persembahan terakhir dari seorang Bill
Shankly. Karena secara tiba-tiba Bill Shankly memutuskan untuk pensiun.
Pemain dan
Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC ) berusaha untuk
membujuk, bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan melakukan mogok
kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya dan menyerahkan tongkat
manajerial kepada asisten-nya yaitu Bob Paisley. Bill Shankly akhirnya pensiun pada tahun 1974 dan
bergabung dengan Liverpudlian di tribun The Kop.
Era Bob Paisley
Kejayaan
Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yang pada saat itu
berusia 55 tahun. Dia menjabat sebagai manajer Liverpool dari tahun 1974 sampai 1983 dan hanya
pada awal tahun Bob Paisley tidak dapat memberikan gelar untuk Liverpool.
Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat sebagai manajer Liverpool
FC, ia memberikan total 21 tropi, termasuk 3 Piala Champions, 1 Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris dan 3 Piala Liga secara berturut-turut[.
Dengan semua
gelar itu tidak salah bila Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub
Inggris. Tidak hanya sukses memberikan gelar untuk Liverpool FC, tetapi Bob Paisley juga sukses dalam melakukan regenerasi di tubuh
Liverpool FC dengan tampilnya para bintang muda seperti: Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuat muda yang sangat hebat
dan berbakat, tetapi dengan semua torehan gelar itu akan menjadi sangat berat
buat siapapun penerusnya.
Era Joe Fagan
Paisley
pensiun pada tahun 1983 dan digantikan oleh asistennya Joe Fagan. Sebagai penerus Bob Paisley, Joe Fagan yang pada saat itu berusia 62 tahun, di musim
pertamanya berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga Inggris, juara Piala Liga dan juara Piala Champions. Raihan ini menjadikan Liverpool FC
sebagai klub sepak bola pertama di Inggris yang berhasil meraih 3 gelar juara
sekaligus dalam 1 musim kompetisi.
Sayangnya,
catatan keemasan itu sedikit ternoda oleh insiden di Stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final Piala Champion antara Liverpool dan Juventus F.C. ini menewaskan 39 orang, sebagian besar adalah
pendukung Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan bagi semua klub
sepakbola Inggris untuk berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. Dan Liverpool FC
dilarang mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun yang akhirnya
dikurangi menjadi 6 tahun. Selain itu, 14 Liverpudlian didakwa bersalah atas
peristiwa yang dikenal dengan Tragedi Heysel.
Setelah
peristiwa mengerikan itu, Joe Fagan memutuskan untuk pensiun dan memberikan tongkat
manajerial selanjutnya kepada Kenny Dalglish yang ditunjuk sebagai manajer-pemain. Joe Fagan menyerahkan tugas manajerial Liverpool FC kepada Kenny Dalglish yang pada saat itu sudah menjadi pemain hebat tetapi
masih harus membuktikan kapabilitas sebagai seorang manajer.
Era Kenny Dalglish
Pada masa
kepemimpinan Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi juara Liga Inggris sebanyak 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda juara Liga Inggris dan juara Piala FA pada musim kompetisi 1985-86. Bila tidak terkena
sangsi dari UEFA, bisa dipastikan Liverpool FC menjadi penantang serius untuk
merebut Piala Champion pada saat itu.
Kesuksesan
Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish kembali dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forest F.C. tanggal 15 April 1989, ratusan penonton dari luar stadion
memaksa masuk ke dalam stadion yang mengakibatkan Liverpudlian yang berada di
tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini mengakibatkan 94 Liverpudlian
meninggal di tempat kejadian, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian di rumah
sakit dan 1 Liverpudlian lainnya meninggal dunia setelah koma selama 4 tahun.
Akibat Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melakukan penelitian kembali mengenai faktor keamanan
stadion sepak bola di negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report,
menyebutkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough ini adalah faktor penonton yang
melebihi kapasitas stadion karena kurangnya antisipasi dari pihak keamanan.
Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan setiap
klub divisi I Inggris untuk meniadakan tribun berdiri.
Setelah
menjadi saksi hidup dari tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish tidak pernah bisa lepas dari trauma yang menghinggapi
dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990 ia mengumumkan pengunduran dirinya
sebagai manajer Liverpool FC. Pengumuman yang sangat mengejutkan dunia sepak
bola pada saat itu, karena Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal
dalam perebutan gelar Liga Inggris.
Alasan yang
disebutkan oleh Kenny Dalglish pada saat itu adalah tidak bisa
lagi menghadapi tekanan dalam menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu
Liverpool FC ditangani oleh pelatih tim utama Ronnie Moran sebelum
akhirnya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang sebagai legenda terhebat Liverpool
FC karena sangat sukses baik sebagai pemain maupun manajer.
Masa liga primer
Perginya
'King' Kenny Dalglish dan 2 tragedi yang mengerikan (
Heysel dan Hillsborough ) sepertinya memberikan trauma, hukuman atau kutukan
yang mendalam bagi Liverpool FC. Kedatangan Graeme Souness pun tidak mengubah peruntungan Liverpool FC. Walaupun
Souness bisa memberikan gelar Piala FA pada tahun 1992, tetapi
dengan kebijakan transfer pemain yang kurang baik dan penerapan strategi yang
sedikit membingungkan menjadikan Liverpool tampil tidak konsisten pada musim
itu. Hal lain yang memperburuk hubungan Souness dan Liverpudlian adalah ketika
Souness menceritakan proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung kepada
koran The Sun.
Seperti
diketahui bahwa masyarakat di Merseyside memboikot koran The Sun yang sering
memojokkan Liverpudlian mengenai Tragedi Hillsborough. Pada 28 Januari 1994, Graeme Souness akhirnya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool
FC setelah tersingkir dari Piala Liga Inggris dan Piala FA. Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya.
Liverpool FC berada di urutan ke 8 klasemen hasil terburuk selama 29 tahun
terakhir. Walaupun secara raihan gelar juara Graeme Souness tidak sukses, tetapi pada masa kepemimpinannya banyak
lahir talenta muda diantaranya : Robbie Fowler, Steve McManaman, Jamie Redknapp, Rob Jones dan David James.
Manajer
Liverpool selanjutnya adalah pelatih senior Roy Evans yang sudah bersama Liverpool FC selama lebih dari 30
tahun. Pada musim 1994-95 Liverpool menduduki peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga Inggris dengan mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan ciri khas permainan Liverpool
yaitu pass and move. Tetapi permainan apik dan indah Liverpool FC pada
masa ini tidak diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para
pemainnya, sehingga Liverpool pada masa Roy Evans sering disebut Spice Boys.
Selain
semakin matangnya pemain seperti : Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada masa kepelatihan Roy Evans muncul bakat muda bernama Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol dan menjadi PFA
Young Player of the Year Award pada tahun 1998.
Pada musim
kompetisi 1998-99 Liverpool FC menarik pelatih asal Perancis, Gérard Houllier untuk berpartner dengan Roy Evans sebagai joint manager. Tetapi Roy Evans merasa tidak cocok bekerjasama dengan Houllier,
sehingga mengundurkan diri pada bulan November 1998. Setelah menjadi manajer tunggal,
Houllier merombak total tim dengan memasukan pemain seperti : Sami Hyypia, Stephan Henchoz, Markus Babbel, Dietmar Hamann, Gary McAllister dan Emile Heskey. Selain muncul bintang muda Michael Owen, Houllier juga berhasil mempromosikan bakat muda
dengan talenta luar biasa bernama Steven Gerrard.
Pada tahun 2001, musim ke-2
Houllier sebagai manajer tunggal, Liverpool memenangi "Treble"
yaitu : Piala FA, Piala Liga and Liga Eropa UEFA . Tahun 2001 menjadi
tahun terbaik Liverpool FC setelah mengalami kemerosotan prestasi pada
tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga Inggris, Piala FA, Piala UEFA, Community Shield dan Piala Super UEFA.
Keberhasilan
ini memunculkan secercah harapan bagi Liverpool untuk dapat meraih gelar juara Liga Utama Inggris yang terakhir diraih pada tahun 1990. Pada tahun
2003 Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga Inggris dan menduduki peringkat ke 4 pada
musim 1993-94 sehingga berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions UEFA. Walaupun berhasil memberikan
sejumlah gelar buat Liverpool FC, tetapi taktik bertahan yang diterapkan
Houllier dianggap tidak bisa bersaing untuk meraih gelar Liga Inggris. Taktik bertahan dan mengandalkan serangan balik
sangat mudah diantisipasi oleh lawan, sehingga pada 24 Mei 2004, Gérard Houllier digantikan oleh Rafael Benitez.
Era Rafael Benitez
Rafael Benitez datang ke Liverpool FC setelah
berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga Spanyol 2 kali
dan juara Piala UEFA. Harapan Liverpudlian untuk menjadi
juara Liga Inggris kembali membumbung tinggi setelah
Benitez berhasil membawa Liverpool FC menjuarai Liga Champions UEFA 2004-05 untuk yang ke 5 kalinya. Pada final yang dikenang
sebagai partai terhebat sepanjang masa, Liverpool FC berhasil mengalahkan A.C. Milan setelah tertinggal 0-3 di babak pertama. Tetapi gol
dari kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer dan penalti
Xabi Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak perpanjangan
waktu dan adu penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek menjadi pahlawan setelah
berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko.
Kemenangan
pada partai final Liga Champions inilah yang menjadi alasan kapten dan legenda
hidup Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan
yang disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian dibawa
Rafael Benitez untuk menjadi juara Piala Super Eropa dengan mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskwa dengan skor 3-1.
Piala FA
tahun 2006 menjadi piala terakhir yang dipersembahkan oleh Rafael Benitez untuk
Liverpool FC. Dalam perjalanan menuju final piala FA, Liverpool FC mengalahkan Luton Town dengan skor 5-3, Manchester United 1-0, Birmingham City 7-0 dan mengalahkan Chelsea 2-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC
berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard sebagai Man Of The Match.
Steven
Gerrard memberi umpan untuk gol pertama, melakukan tendangan voli untuk gol ke
2 dan melakukan tendangan jarak jauh yang fenomenal pada menit ke 91. Dengan
skor 3-3 akhirnya pertandingan dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu dan
adu penalti. Walaupun selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali melakukan kesalahan fatal, tetapi pada
saat adu penalti berhasil menahan 3 dari 4 tendangan pemain West Ham United.
Final Piala FA ini disebut sebagai 'Final-nya Gerrard' dan dicatat sebagai
partai final terbaik di era modern Piala FA.
Setelah
memenangi Community Shield tahun 2006 dan berhasil mencapai
final Liga Champions 2007, musim-musim berikutnya menjadi musim tanpa gelar
bagi Rafael Benitez dan Liverpool FC. Satu-satunya kabar yang menggembirakan
bagi Liverpudlian adalah kembalinya 'King' Kenny Dalglish untuk membidani
Liverpool FC Youth Academy pada tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhenti
pada tanggal 3 Juni 2010 dan digantikan oleh manajer Fulham yaitu Roy Hodgson.
Pada masa
kepemimpinan Rafael Benitez, Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan
kepemilikan klub. Yang pertama pada tahun 2007 ketika dibeli oleh George
Gillett dan Tom Hicks dan pada tahun 2010 ketika Liverpool FC di ambil alih New
England Sports Ventures milik John W. Henry.
Era Roy Hodgson
Pada tanngal
1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool FC selama
tiga tahun. Pada keterangan pers Roy Hodgson mengatakan sangat bangga bisa
menangani klub sebesar Liverpool FC dan tidak sabar untuk bertemu dengan para
pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Tetapi situasi di
Liverpool FC pada saat itu masih sangat tidak menentu karena sedang dalam masa
peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk berita tentang kebangkrutan klub dan proses
peralihan yang berkepanjangan sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC pada
saat itu. Liverpool FC pun akhirnya mengawali musim 2010-11 dengan sangat
buruk.
Sampai
pertengahan bulan Oktober Liverpool FC berada di zona degradasi dan kalah dari
klub divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi
ancaman pengurangan 9 poin dari FA bila tidak bisa menyelesaikan situasi
internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson sepakat
untuk mengakhiri kerjasama dan posisi manajer selanjutnya dijabat oleh 'King'
Kenny Dalglish untuk yang ke 2 kalinya sampai akhir musim.
Kembalinya sang raja
Tepat
tanggal 8 Januari 2011 Kenny Dalglish resmi menjabat sebagai manajer Liverpool FC untuk
yang ke 2 kalinya. Walaupun pada pertandingan perdana mengalami kekalahan di
Piala FA, tetapi 'King' Kenny Dalglish berhasil mengembalikan performa pemain
dan ciri khas 'pass and move' Liverpool FC. Buktinya 'King' Kenny Dalglish
berhasil mengangkat Liverpool FC dari zona degradasi ke posisi 6 klasemen
sementara Liga Inggris.
Hasil ini
tidak lepas dari keberanian 'King' Kenny Dalglish untuk menjual pemain bintang
seperti Fernando Torres kemudian membeli Luis Suarez dari Ajax Amsterdam dan Andy Carroll dari Newcastle United. Keberanian dalam hal memasang pemain muda seperti: Martin Kelly, Jay Spearing, dan Danny Wilson pun layak
diacungi jempol. Raihan inilah yang membuat banyak pihak mendesak agar 'King'
Kenny Dalglish di kontrak secara permanen sebagai manajer Liverpool FC.
Setelah
mengakhir liga di posisi ke-8 pada musim 2011-12, posisi terburuk di liga
selama 18 tahun terakhir, Dalglish diberhentikan sebagai manajer Liverpool.
Dalglish digantikan oleh manajer Swansea City yaitu Brendan Rodgers.
Lambang
Lambang
'Liver Bird' pertama kali muncul di seragam Liverpool FC pada partai final
Piala FA tahun 1950. Lambang yang secara signifikan telah menjadi bagian dari
perjalanan panjang Liverpool FC. Lambang Liverpool ini mengalami perubahan
pertama pada musim kompetisi 1955-56 dimana gambar 'Liver Bird' berada di dalam
lingkaran ouval dan tulisan L.F.C berada di bawah 'Liver Bird'. Lambang versi
ini bertahan sampai tahun 1968.
Pada tahun
1968 diambil keputusan untuk memperkenalkan lambang klub yang lebih modern.
Lambang 'Liver Bird' langsung disulam ke seragam pemain dengan menyingkirkan
garis pijakan pada kaki 'Liver Bird' dan menghilangkan lingkaran ouval. Lambang
ini bertahan sampai tahun 1987, dimana pada tahun 1985 sponsor seragam berubah
dari UMBRO kepada ADIDAS.
Seiring
dengan perubahan sponsor seragam, maka lambang Liverpool pada tahun 1987
mengalami perubahan yang ke 3. Lambang 'Liver Bird' kembali berada di dalam
tameng seperti lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi kali ini penulisan
Liverpool Football Club di bawah 'Liver Bird' tidak di singkat. Lambang ini
bertahan sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC akan mengadakan perayaan hari
jadi yang ke 100 tahun.
Untuk
merayakan 100 tahun Liverpool FC, lambang klub mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Penambahan ornamen 'Shankly Gates' dengan tulisan 'You'll Never
Walk Alone' di atas tameng 'Liver Bird' dimaksudkan untuk mengingatkan jasa
manajer Bill Shankly yang telah menjadi pondasi kokoh bagi Liverpool FC. Di
dalam tameng terdapat tulisan Liverpool Football Club 100 tahun dan lambang
'Liver Bird'. Kemudian di bawah tameng ada tulisan angka 1892-1992.
Tahun 1993
lambang klub kembali berubah dengan penambahan kobaran api kembar di kedua sisi
tameng 'Liver Bird'. Kobaran api kembar ini untuk mengenang para Liverpudlian
yang menjadi korban pada tragedi Hillsborough. Lambang Liverpool terakhir ini
tidak banyak mengalami perubahan sampai dengan tahun 1999. Lambang Liverpool FC
yang sekarang ini dibuat pada tahun 1999 hanya dengan komposisi 2 warna. Tetapi
sejak tahun 2002, lambang Liverpool FC dibuat dengan 'full colour' seperti
sekarang ini.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Liverpool_F.C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar